Sekretariatan Gedung AS Politeknik Negeri Malang (Polinema), Jatimulyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65141
Telp Humas : 0812-8455-8810
Email : perspolinema@gmail.com


Kasus kehilangan helm di Politeknik Negeri Malang (Polinema) terus meningkat dan menciptakan keresahan di kalangan mahasiswa. Helm, sebagai barang penting bagi pengguna sepeda motor sering kali menjadi target pencurian di area parkiran kampus. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran karena minimnya fasilitas keamanan yang memadai, terutama di area parkiran yang luas dan terbatas pengawasannya. Bagi mahasiswa, keamanan fasilitas kampus terutama parkiran sangat penting untuk menjaga kenyamanan mereka saat beraktivitas di lingkungan kampus. Salah satu faktor utama yang sering disorot oleh mahasiswa dan petugas keamanan adalah kurangnya pengawasan akibat ketiadaan Closed Circuit Television (CCTV) di area parkir. Hingga saat ini, Polinema belum dilengkapi dengan CCTV di seluruh area parkir terutama di bagian yang rawan pencurian, seperti lantai dua parkiran gedung AX.
Menurut Fandi, salah satu petugas parkir gedung AX, keberadaan CCTV akan sangat membantu petugas melakukan pengawasan dikarenakan area parkir yang cukup luas dan keterbatasan jumlah petugas dalam mengawasi semua sudut. Mahasiswa juga merasa bahwa pemasangan CCTV sangat mendesak untuk mengurangi tindakan pencurian. “Saya yakin dengan adanya CCTV, setidaknya kita bisa tahu siapa yang mengambil helm dan itu bisa menjadi bukti yang kuat,” ungkap Ilham Adhitia, salah satu mahasiswa Jurusan Teknik Elektro korban kehilangan helm. Namun, Riky selaku anggota Pengamanan Dalam (PAMDAL), menekankan bahwa meskipun CCTV dapat membantu, pengawasan manusia tetap penting. Pencuri sering kali nekat dan tidak peduli dengan adanya kamera pengawas. “CCTV mungkin bisa mengurangi pencurian, tetapi tindakan kriminal tetap bisa terjadi jika pencuri sudah nekat,” jelasnya.
Seiring meningkatnya kasus kehilangan helm, mahasiswa mulai mengandalkan media sosial untuk menyuarakan keluhan mereka. Banyak unggahan di akun media sosial berisi sindiran dan kritik terkait lemahnya keamanan parkiran. Keluhan-keluhan ini tidak hanya ditujukan kepada petugas parkir, tetapi juga kepada pimpinan kampus yang dianggap belum memberikan solusi konkret terhadap masalah ini. Bagi mahasiswa, media sosial adalah salah satu cara paling efektif untuk menyuarakan keresahan mereka, terutama karena respons dari petugas parkir dan keamanan sering kali dianggap lambat atau kurang memadai. “Kalau hanya melapor ke juru parkir, rasanya kurang diperhatikan. Tapi jika diunggah di media sosial, banyak yang melihat termasuk pihak kampus,” ujar Ilham. Dampaknya, unggahan-unggahan ini telah menarik perhatian lebih banyak pihak, meskipun belum ada solusi konkret dari pimpinan kampus.
Hingga kini, mahasiswa merasa kecewa karena belum ada tindakan nyata dari pihak kampus terkait maraknya kehilangan helm. Ilham menuturkan bahwa tindakan dari kampus terasa lambat dan sampai sekarang masih belum ada CCTV sehingga membuat mahasiswa khawatir ketika meninggalkan helm di parkiran. Petugas parkir sendiri mengakui bahwa mereka telah beberapa kali melaporkan masalah ini kepada pimpinan kampus melalui koordinator. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan terkait pemasangan CCTV. Anton, salah satu juru parkir di gedung AS, menekankan bahwa meskipun ada CCTV, pengawasan langsung dari petugas tetap dibutuhkan. Ia menyebutkan bahwa dua petugas parkir biasanya ditugaskan untuk mengawasi area, satu di pintu keluar masuk, dan satu lagi berkeliling untuk memastikan keamanan di sudut-sudut parkiran. “Meskipun begitu, sulit untuk memeriksa setiap helm yang ada, terutama jika ada mahasiswa yang tidak memanfaatkan area parkir yang lebih aman,” tambah Anton. Ia juga menyarankan agar mahasiswa memakai helm yang tidak terlalu mencolok dan menitipkannya ke petugas jika memungkinkan.
Dari perspektif manajemen kampus, Frinta Pratamasari, S.E., selaku Kepala Sub Bagian Umum Polinema, menekankan bahwa pemasangan CCTV memang diperlukan, tetapi masih harus menunggu ketersediaan anggaran dan persetujuan dari pimpinan kampus. “Pemasangan CCTV tergantung pada anggaran belanja modal yang disesuaikan dengan urgensi kebutuhan. Kami akan mengusulkan pemasangan CCTV karena keluhan ini sudah menjadi hal yang perlu segera ditangani. Namun, persetujuan anggaran bergantung pada kebijakan pimpinan,” ujarnya. Lebih lanjut, Frinta juga menjelaskan bahwa pihak kampus perlu memverifikasi apakah kejadian kehilangan helm benar-benar terjadi di area parkir yang diawasi oleh petugas atau di luar area tersebut. Berdasarkan pengamatan, sebagian besar kasus kehilangan helm dilaporkan terjadi di luar area parkir resmi, terutama pada hari libur ketika tidak ada petugas parkir yang berjaga.
Dengan meningkatnya kasus kehilangan helm di Polinema, sudah saatnya pihak kampus mengambil tindakan serius untuk meningkatkan keamanan di area parkir. Pemasangan CCTV di area parkir harus menjadi prioritas, terutama di lokasi-lokasi rawan seperti lantai dua parkiran gedung AX. Mahasiswa harus lebih berhati-hati dalam menyimpan helm, seperti menguncinya di jok motor. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan keamanan di kampus Polinema bisa lebih terjamin, sehingga mahasiswa dapat belajar dengan tenang tanpa khawatir kehilangan barang di area parkir.
(Yunika Puteri Dwi Antika, Adithia Maulana Suryadi)
Kurangnya koordinasi antara mahasiswa dan petugas keamanan juga perlu di perhatikan. Ada juga temuan temuan bahwa Petugas bahkan tidak di ajak koordinasi dengan panitia (mahasiswa) terkait acara acara mahasiswa yang membutuhkan keamanan di area.
Intinya mahasiswa menuntut keamanan akan tetapi banyak juga mahasiswa yang tidak sadar bahwa kejadian kejadian tersebut terjadi karena kelalaian mereka sendiri (contoh parkir liar.. Juga di setiap area pasti ada himbauan himabaun atau peraturan tata tertib terkait keamanan)
. Jadi tidak bisa mahasiswa menyalahkan salah satu pihak…
Semoga ke depan Polinema terus maju dan berkembang dengan mengedepankan kualitas dan fasilitas mahasiswa akan tetapi tetap tidak melupakan unsur unsur warga polinema.
wkwkw